Bertepatan dengan tanggal 28 juli 2014 hari senin hari raya Idul Fitri yang merupakan hari kemenangan umat Islam setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan 1435 H selama satu bulan di rayakan. Hari yang di nantikan sebagai lambang kembalinya umat muslim kepada fitrah (suci) dan juga mendapatkan predikat taqwa. Hari ini merupakan puncak dari sebuah rangkaian ibadah wajib yang menjadi ujian layaknya seorang siswa yang akan naik kelas, ataupun seorang karyawan yang akan naik jabatan maupun karirnya. Ibadah puasa dibulan ramadhan disamping kewajiban juga bukti nyata dari sikap sosial umat muslim yang melatih empathy terhadap mereka yang kurang beruntung secara kesejahteraan materi. Dengan ikut merasakan bagaimana lapar yang sesungguhnya, kaum muslim memahami arti ketidakberdayaan mereka yang dalam kesehariannya memang benar-benar tidak mampu menikmati kebutuhan dasar untuk makan bahkan hanya untuk 1 kali seharipun. Pengalaman memposisikan diri pada keadaan seperti itu menumbuhkan rasa solidaritas dan welas asih terhadap mereka yang pada kehidupan sesungguhnya berada pada posisi tidak mampu dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Dalam keadaan demikian, semua ibadah lain yang tadinya terasa ringan bisa berubah menjadi lebih berat untuk dilakukan tidak peduli itu bernilai ibadah wajib maupun sunah. Akan tetapi dengan kemurahan Rahmat Allah, setiap ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan bernilai pahala yang dilipatgandakan. Apa makna dari hal ini? Dilihat dari logika umum yang berlaku, ketika melakukan sesuatu dengan keadaan normal maka reward yang didapatkanpun berlaku standar. Akan tetapi ketika melakukan sesuatu dengan keadaan yang penuh keterbatasan tetapi usaha yang dikeluarkan lebih dari biasanya, maka reward yang didapatpun akan lebih diatas standar. Mungkin ini lah sedikit dari pemahaman penulis terhadap makna berlipat gandanya pahala ibadah yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Mungkin masih banyak makna makna lain yang belum dipahami dari hal ini oleh penulis. Berangkat Dari pemahaman yang sederhana ini, penulis meyakini tidak ada usaha yang sia sia tanpa hasil ketika itu dilakukan dengan sungguh-sungguh walaupun dalam kondisi tetidakberdayaan dan keterbatasan. Semoga hal ini bisa menjadikan dorongan dan inspirasi untuk selalu berusaha lebih maksimal dalam melakukan segala hal dalam kehidupan sehari-hari termasuk ibadah sebagai bentuk kebutuhan umat muslim terhadap Allah SWT. Wallahu a'lam bishowab.
Ramli
PETA
Outbound, Training, Gathering
Kamis, 31 Juli 2014
Senin, 09 April 2012
ETIKA KEPRIBADIAN VS ETIKA KARAKTER
Ada dua teori dominan suatu pencapaian kesuksesan dalam literatur
200 tahun yang lalu, yakni etika kepribadian dan etika karakter. Etika
kepribadian telah ada dari nenek moyang kita sejak Perang Dunia I. Se-
belumnya, etika karakterlah yang lebih dominan.
Sesuai dengan etika karakter, adalah sangat penting untuk mem-
fokuskan pada menyatukan prinsip-prinsip kehidupan yang efektif ke-
pada salah satu karakter. Prosesnya mungkin panjang, tetapi menjalani
suatu karakter, termasuk cara pandang yang efektif tentang dunia, adalah
perolehan suatu akar yang mana perilaku mengalir dan berlangsung be-
gitu mendasar. Etika karakter melihat perkembangan tersendiri sebagai
proses jangka panjang yang mendasari pencapaian hasil sesuai hukum
memanen tanaman.
Sesuai dengan etika kepribadian, disana suatu keahlian dan teknik
bisa dipelajari dan menjadi citra publik, suatu kepribadian dan sikap
bisa berkembang menghasilkan kesuksesan. Masalahnya, terkadang kita
mungkin tidak berpendirian dan dangkal. Ide-ide itu bisa membantu ke-
tika mereka mengalir secara alamiah dari suatu karakter yang baik dan
motif-motif yang benar, tetapi itu menjadi hal yang tidak begitu penting
(di etika kepribadian).
Suatu paradigma adalah suatu model, teori atau penjelasan tentang
sesuatu. Ini adalah “lensa” dari pendapat yang berkembang sebelumnya
dari bangsa tentang bagaimana kita memandang dunia. Jika paradigma
kita tidak dekat dengan kenyataan, sikap kita, perilaku dan tanggapan ti-
dak akan menjadi efektif atau pas. Kita akan menjadi hilang sebagaimana
seseorang yang mencoba berjalan di Chicago dengan peta New York.
Kita hanya bisa menyelesaikan kemajuan berlipat (kuantum) dalam ke-
hidupan kita jika kita menyelesaikan peralihan paradigma sehingga lebih
akurat dan efektif dalam memandang dunia. Beberapa pergeseran para-
digma mungkin terjadi cepat (kenyataan yang terang benderang), beber-
apa berjalan lambat (perubahan karakter).
The Seven habits adalah suatu paradigma yang berpusat pada prin-
sip. Prinsip adalah pegangan tingkah laku manusia yang menjamin daya
tahan, suatu nilai permanen -- adalah hal mendasar.
Disadur dari Buku Ringkasan Padat 7 Habbit
200 tahun yang lalu, yakni etika kepribadian dan etika karakter. Etika
kepribadian telah ada dari nenek moyang kita sejak Perang Dunia I. Se-
belumnya, etika karakterlah yang lebih dominan.
Sesuai dengan etika karakter, adalah sangat penting untuk mem-
fokuskan pada menyatukan prinsip-prinsip kehidupan yang efektif ke-
pada salah satu karakter. Prosesnya mungkin panjang, tetapi menjalani
suatu karakter, termasuk cara pandang yang efektif tentang dunia, adalah
perolehan suatu akar yang mana perilaku mengalir dan berlangsung be-
gitu mendasar. Etika karakter melihat perkembangan tersendiri sebagai
proses jangka panjang yang mendasari pencapaian hasil sesuai hukum
memanen tanaman.
Sesuai dengan etika kepribadian, disana suatu keahlian dan teknik
bisa dipelajari dan menjadi citra publik, suatu kepribadian dan sikap
bisa berkembang menghasilkan kesuksesan. Masalahnya, terkadang kita
mungkin tidak berpendirian dan dangkal. Ide-ide itu bisa membantu ke-
tika mereka mengalir secara alamiah dari suatu karakter yang baik dan
motif-motif yang benar, tetapi itu menjadi hal yang tidak begitu penting
(di etika kepribadian).
Suatu paradigma adalah suatu model, teori atau penjelasan tentang
sesuatu. Ini adalah “lensa” dari pendapat yang berkembang sebelumnya
dari bangsa tentang bagaimana kita memandang dunia. Jika paradigma
kita tidak dekat dengan kenyataan, sikap kita, perilaku dan tanggapan ti-
dak akan menjadi efektif atau pas. Kita akan menjadi hilang sebagaimana
seseorang yang mencoba berjalan di Chicago dengan peta New York.
Kita hanya bisa menyelesaikan kemajuan berlipat (kuantum) dalam ke-
hidupan kita jika kita menyelesaikan peralihan paradigma sehingga lebih
akurat dan efektif dalam memandang dunia. Beberapa pergeseran para-
digma mungkin terjadi cepat (kenyataan yang terang benderang), beber-
apa berjalan lambat (perubahan karakter).
The Seven habits adalah suatu paradigma yang berpusat pada prin-
sip. Prinsip adalah pegangan tingkah laku manusia yang menjamin daya
tahan, suatu nilai permanen -- adalah hal mendasar.
Disadur dari Buku Ringkasan Padat 7 Habbit
Kamis, 05 April 2012
Mark Zuckerberg (FACEBOOK)
Mencoba mengulang kembali tulisan yang sudah pernah diterbitkan terdahulu diberbagai media. Pernah mendengar situs jaringan pertemanan Friendster? Konon, melalui situs
tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu, reunian,
dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa waktu lalu
sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era suksesnya Friendster,
berbagai situs jaringan pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.
Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard
University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa
menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang
digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu
buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada
sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan
kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain
di kampus bersangkutan.
Pada sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program
pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya.
Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua mingguan. Pria kelahiran
Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk
bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook
telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota
tetap.
Mendapati Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak
orang bergabung, ia memutuskan mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop
out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannya-andre McCollum, Dustin
Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook
untuk umum.
Mark ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih
menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs
jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster
yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah
Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah
yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang
terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman
Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal
lainnya. Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang
dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang
membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang
sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.
Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.
Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah
dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada
tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.
Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook
menjadi ‘barang dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software micr*soft
pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham hanya 1,6 persen
saja, micr*soft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti
nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark
kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari
keringatnya sendiri.
Niat Mark Zuckerberg untuk sekadar‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam
sebuah jaringan ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar g pria yang baru berusia 23 tahun ini menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Sungguh, kejelian
melihat peluang dan niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah
nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah
perjuangan dan ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan
yang dapat mengubah hidup makin bermakna.
tersebut, banyak orang-orang yang lama tak bersua, bisa kembali bersatu, reunian,
dan bahkan berjodoh. Karena itulah, situs pertemanan itu beberapa waktu lalu
sempat sangat popular. Karena itu, tak heran jika setelah era suksesnya Friendster,
berbagai situs jaringan pertemanan bermunculan. Salah satunya adalah Facebook.
Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai situs jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard
University tersebut-kala itu-mencoba membuat satu program yang bisa
menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang
digagas oleh Mark adalah Facebook. Nama ini ia ambil dari buku Facebook, yaitu
buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam satu kampus. Pada
sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat, buku ini diberikan
kepada mahasiswa atau staf fakultas yang baru agar bisa lebih mengenal orang lain
di kampus bersangkutan.
Pada sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program
pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya.
Untuk membuat situs ini, ia hanya butuh waktu sekitar dua mingguan. Pria kelahiran
Mei 1984 itu lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk
bergabung. Hanya dalam jangka waktu relatif singkat-sekitar dua minggu-Facebook
telah mampu menjaring dua per tiga lebih mahasiswa Harvard sebagai anggota
tetap.
Mendapati Facebook mampu menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak
orang bergabung, ia memutuskan mengikuti jejak seniornya-Bill Gates-memilih drop
out untuk menyeriusi situsnya itu. Bersama tiga rekannya-andre McCollum, Dustin
Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark kemudian membuka keanggotaan Facebook
untuk umum.
Mark ternyata tak sekadar nekad. Ia punya banyak alasan untuk lebih memilih
menyeriusi Facebook. Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook jadi situs
jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster
yang juga berkembang kala itu. Namun, agar punya nilai lebih, Mark pun mengolah
Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan, sepertinya kelebihan fitur inilah
yang membuat Facebook makin digemari. Bayangkan, Ada 9.373 aplikasi yang
terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman
Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal
lainnya. Hebatnya lagi, sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang
dibuat tiap orang lebih jelas dibandingkan situs pertemanan lainnya. Hal ini yang
membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman, baik yang
sudah dikenal ataupun mencari kenalan baru di berbagai belahan dunia.
Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat.
Prosentase kenaikannya melebihi seniornya, Friendster. Situs itu tercatat sudah
dikunjungi 60 juta orang dan bahkan Mark Zuckerberg berani menargetkan pada
tahun 2008 ini, angka tersebut akan mencapai 200 juta anggota.
Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook
menjadi ‘barang dagangan' yang sangat laku. Tak heran, raksasa software micr*soft
pun tertarik meminangnya. Dan, konon, untuk memiliki saham hanya 1,6 persen
saja, micr*soft harus mengeluarkan dana tak kurang dari US$ 240 juta. Ini berarti
nilai kapitalisasi saham Facebook bisa mencapai US$15 miliar! Tak heran, Mark
kemudian dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari
keringatnya sendiri.
Niat Mark Zuckerberg untuk sekadar‘menyatukan' komunitas kampusnya dalam
sebuah jaringan ternyata berdampak besar. Hal ini telah mengantar g pria yang baru berusia 23 tahun ini menjadi miliarder termuda dalam sejarah. Sungguh, kejelian
melihat peluang dan niatan baiknya ternyata mampu digabungkan menjadi sebuah
nilai tambah yang luar biasa. Ini menjadi contoh bagi kita, bahwa niat baik ditambah
perjuangan dan ketekunan dalam menggarap peluang akan melahirkan kesempatan
yang dapat mengubah hidup makin bermakna.
Disadur dari e-book kumpulan cerita motivasi.
Selasa, 03 April 2012
PERANAN HYPNOSIS/ HYPNOTHERAPY DALAM MOTIVASI DAN EMPOWERMENT
Akhir-akhir ini banyak
sekali pelatihan motivasi mulai dari
Anthony Robbins yang terkenal dengan Fire Walking nya, Get Your AlphaPower yang diselenggarakan
oleh Mind Technology, pelatihan NLP (Neuro Language Program) , Ari Ginanjar dengan ESQ nya, dari yang menggunakan pola pendekatan moderen
sampai dengan spiritual religius, di
mana semua pelatihan tersebut bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan pemberdayaan diri manusia. Dan apa yang
rata-rata diperoleh dari pelatihan
tersebut? Meningkatnya rasa percaya diri, kita menjadi orang yang selalu berpikir positif, berpikir lebih bijak dalam
menghadapi "kenyataan". Dapat
menstimulasi diri sendiri untuk lebih 'kuat' dalam menghadapi situasi (apapun) yang mungkin tidak menguntungkan dengan cara
yang lebih arif. Selain itu juga, mampu
memberdayakan diri sendiri untuk menghadapi masalah penyakit medis dan non medis.
Tujuan umum dalam
pembangkitkan motivasi dan empowerment (pemberdayaan diri) adalah agar terjadi
suatu keselarasan atau kesimbangan pikiran,
jiwa maupun mental dalam diri kita sehingga kita mampu mengimbangi situasi dan
kondisi lingkungan sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi perilaku kita. 'Selaras', sehingga mental
kita lebih kuat dan bijak dalam
menyikapi masalah kehidupan sehari-hari.
Kita dapat lebih tenang dalam berpikir maupun bertindak. Selalu berpikir
positif. Meskipun dalam situasi lingkungan
yang tidak mendukung, perilaku dan aktivitas kita tidak terganggu.
Mengenai motivasi itu sendiri secara bebas mungkin dapat dikatakan sebagai suatu 'iming-iming' atau sasaran yang membuat
kita dengan segenap pikiran, jiwa dan
raga kita akan berusaha apapun untuk medapatkan 'iming-iming' tersebut.
Setiap orang pasti
mempunyai motivasi, positif maupun negatif, kecuali dia memiliki problem kejiwaan (sakit jiwa).
(Catatan terminologi untuk tulisan ini: yang dimaksud dengan 'positif'
adalah sesuai dengan kaidah, tatanan, etika
yang berlaku umum saat itu, dan sesuai
dengan ajaran-ajaran yang mengajarkan kebajikan
seperti agama, budi pekerti dsb.
Sedangkan yang dimaksud dengan 'negatif'
adalah kebalikannya atau bertentangan dengan hal di atas)
Dalam suatu masalah perilaku atau mental (diluar aspek etika, keagamaan, budi
pekerti dll.), asalkan dia mengerti
motivasi sebenarnya dan dia melakukan tindakan
sesuai motivasinya, maka orang ini tidak akan bermasalah secara kejiwaan ataupun mental.
Setiap masalah motivasi selalu dikaitkan dengan perilaku atau tindakan.
Ada empat kategori untuk hal itu:
Pertama:
Keadaan yang ideal. Kita mengetahui motivasi kita yang sebenarnya dan sehingga
tindakan/ perilaku kita sesuai dengan motivasi kita.
("Saya tahu apa yang saya mau")
Contoh:
Seorang pegawai yang akhir-akhir ini selalu bekerja lembur karena termotivasi
karena istrinya akan melahirkan anak
pertama sehingga membutuhkan biaya persalinan.
Si pegawai tidak bermasalah meskipun dia harus bekerja lembur, karena terbayang di pikirannya suatu
kebahagiaan untuk memiliki anak pertama. Dia akan bekerja sukarela dan dengan senang hati.
Orang-orang di sekelilingnya pun tidak
ada masalah dengan dirinya.
Seorang mafioso melakukan pembunuhan dan perampokan di mana-mana, karena termotivasi untuk mendapatkan uang yang
banyak dan kekuasaan. Sang mafioso juga
tidak ada masalah dengan mental atau perilakunya, karena meskipun dia melakukan
pembunuhan, motivasinya adalah berkuasa dengan cara seperti ini. Pada dasarnya
dia memang menyukai hal itu. Jelas, dia tidak diterima oleh lingkungan, tetapi untuk
lingkungan kecil atau kalangan bandit mungkin
dia diterima.
Kedua:
Kita mengetahui motivasi kita yang sebenarnya namun oleh karena berbagai macam
hal, tindakan/ perilaku kita tidak sesuai dengan motivasi kita, atau tindakan/ perilaku kita tidak sesuai dengan
tatanan yang berlaku atau salah. (dalam
bahasa jawa dikatakan 'nyeleneh').
("Saya tahu tetapi
sulit")
Contoh:
Seorang remaja ingin
bebas dari masalah tekanan dari orang tuanya maka dia melarikan diri ke narkoba agar masalahnya
selesai. Motivasinya benar bahwa dia
ingin bebas, namun tindakannya selah sehingga menyebabkan suatu permasalahan.
Seorang mencuri uang
karena ingin membahagiakan istrinya. Sudah benar bahwa motivasinya ingin
membahagiakan istri, namun tindakannya tidak benar. Orang terpaksa bekerja di
tempat yang menurutnya tidak sesuai dengan hati nuraninya Dia terpaksa melakukannya karena
motivasi ekonomi. Seseorang ingin menurunkan berat badan, tetapi tetap saja
makan berlebihan.
Ketiga:
Kita tidak mengetahui
motivasi kita yang sebenarnya. Yang kita pikirkan hanya proses tindakannya saja. Yang penting
tindakannya tidak negatif. ("Saya dapat bertindak apa saja asalkan benar dan tidak
negatif meskipun saya tidak tahu saya
mau apa, pokoknya kerjakan saja" - untung-untungan)
Untuk kategori ini
mungkin tidak akan menjadi masalah kalau dia merasa bahwa apapun yang terjadi memang demikianlah adanya
(pasrah). Syukur-syukur kalau berhasil, tetapi kalau gagal memang demikian
adanya terima saja.
Pada orang-orang tertentu mungkin tidak dapat seperti ini. Meskipun dimulut
mengatakan bahwa kalau gagal memang
demikian adanya, tetapi dalam hatinya bergejolak
luar biasa.
Seperti anak ayam kehilangan induknya, dia akan menciap-ciap terus karena tidak tahu harus apa.
Kategori ini berpotensi untuk mengalami masalah perilaku yang muncul (biasanya
terjadi belakangan) bila si pelaku mengalami guncangan emosional.
Contoh:
Seorang bersedia bekerja apapun meskipun dia harus kerja siang malam tanpa henti. Jika ditanyakan mengapa dia bekerja
seperti itu, dia akan menjawab "Ya
..., entahlah, senang saja". Dia merasa tidak ada masalah dengan tindakannya karena hanya berorientasi pada
proses tindakannya saja.
Sekarang bayangkan, jika suatu saat terjadi suatu pemutusan hubungan kerja
di tempat kerjanya. Jika dia pasrah terhadap
keadaan, maka perubahan apapun dalam
lingkungan kerjanya tidak akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dan dia mungkin akan mencari pekerjaan lain.
Ternyata, tidak semua orang dapat pasrah dengan keadaan itu. Dia akan 'sakit',
dimana perilakunya akan terganggu
seperti menjadi stress, depresi atau masalah
yang lainnya. Dia akan menjadi
orang 'pesakitan'. Setiap waktu hanya mengeluh,
mengeluh, dan mengeluh.
Bayangkan kalau dia tidak kuat menghadapi hal tersebut (ini kasus yang sering terjadi), secara penampilan mungkin tidak
terlihat, tetapi mulai saat itu dia mulai
terjangkit penyakit medis seperti diabetes atau darah tinggi dan
sebagainya.
Keempat:
Kita tidak mengetahui
motivasi kita sebenarnya sehingga tindakan/ perilaku kita pasti salah karena tidak sesuai dengan
motivasi kita sebenarnya. Kalaupun terlihat tindakannya benar, sebenarnya hanya kamuflase
saja karena belum tentu kita merasa
benar-benar puas.
("Saya tidak tahu
apa yang saya mau" - terlalu berandai-andai, berasumsi, dan 'untung-untungan')
Umumnya kategori ini juga
berpotensi menimbulkan masalah baru sehingga membuat permasalahan yang tadinya
sederhana menjadi lebih kompleks dan rumit.
Contoh:
Seseorang istri
mengurangi makannya secara berlebihan supaya kurus karena dia beranggapan bahwa kalau makan banyak
berarti tidak sehat. Setelah dilakukan
terapi, ternyata motivasinya untuk kurus karena ingin menjadi pusat perhatian dengan bentuk badan yang baru.
Secara pribadi, orang
dalam kategori pertama, baik secara jiwa, mental dan perilaku, sama sekali tidaklah bermasalah.
Tidak peduli motivasinya positif atau negatif.
Perbedaannya, jika dia motivasinya positif, dia akan diterima lingkungan. Sedangkan jika motivasinya negatif mungkin hanya
diterima pada kalangan atau lingkungan
tertentu saja tetapi dia tetap nyaman.
Demikian pula dalam hal medis. Seseorang yang secara medis terkena diabetes,
ia tahu bahwa hidup ini harus dijalani
apa adanya dan sadar bahwa manusia
memang banyak cobaan. yang penting bagi dia adalah hidup berbahagia.
Oleh karena dia tahu motivasinya ingin
bahagia, dia tidak terlalu memikirkan
diabetesnya. Dia berobat seperti biasa, dan perilakunya pun tidak
terpengaruh. Dia tetap seperti biasanya,
aktivitasnya normal-normal saja tanpa ada rasa stress atau depresi.
Pada kategori kedua, ketiga dan keempat inilah biasanya terjadi suatu
masalah mental dan perilaku seperti
contoh-contoh di atas. Sangat berbeda jika orang dalam contoh kasus di atas, seperti pada
kategori tiga, dia mengetahui motivasi dia
sebenarnya. Tentunya dia tidak perlu menjadi orang "pesakitan" yang
tiap hari selalu mengeluh. Dia akan segera
berpikir ke depan dan positif untuk berusaha
yang lainnya dimana motivasinya adalah untuk hidup bahagia.
Lihat seperti contoh kasus yang muncul sejak tahun 1998, banyak sekali
orang yang terkena PHK malahan dapat
menjadi pengusaha yang sukses karena
mempunyai motivasi positif yang jelas dan mampu memberdayakannya.
Apa yang mempengaruhi
motivasi sehingga berakibat pada perilaku kita?
Situasi dan kondisi kota
besar dan kemajuan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi suasana dan kondisi
lingkungan sekitar kita. Secara langsung
atau tidak, baik ataupun buruk, hal ini mempengaruhi mental dan erilaku
kita. Akibatnya, mungkin saja secara tidak sadar
motivasi jadi berubah, atau kita tidak sempat/
tidak mampu untuk memberdayakan motivasi kita yang sebenarnya. Sekarang,
tergantung pada sikap kita sendiri, mampukah kita mengatasi/ mengimbanginya tanpa adanya perubahan mental
dan perilaku karena kita tetap
berpendirian teguh pada motivasi kita sebenarnya? atau "tune
in" dalam lingkungan itu sehingga
perilaku dan sikap kita tidak terganggu dalam
menghadapinya meskipun kita tetap mengacu pada motivasi kita yang sebenarnya? atau kita dapat memandang hal itu
dengan sikap bijak? atau kita hanyut
dengan kondisi tersebut karena sudah tidak peduli dengan motivasi awal kita? atau kita tidak mampu mengimbangi dan
selaras sehingga kita frustasi terhadap
keadaan ini karena kita terlalu bersikukuh dengan motivasi kita sebenarnya?.
Banyak masalah-masalah
mental dan perilaku yang muncul karena adanya pengaruh langsung maupun tidak
langsung dari lingkungan sekeliling kita. Seseorang menjadi stress karena
merasa tidak tepat berada di lingkungan kerjanya atau lingkungan tempat
tinggalnya, tetapi dia tidak dapat melepaskan
diri dari pekerjaannya karena adanya tuntutan ekonomi sehingga mau tidak
mau dia harus berada di sana.
Mungkin masalah-masalah
tersebut tidak terjadi jika kondisi kita berada dalam suatu lingkungan yang amat kondusif, sangat
aman, tentram dan nyaman seperti pada
suatu pedesaan yang tenang, aman, tentram seperti di cerita-cerita dongeng.
Tetapi apakah kehidupan di era globalisasi, terutama di kota besar, dapat seperti itu? Manusia dituntut untuk
saling bersaing bagaimanapun bentuk dan
caranya, sehingga rasa cemas, rasa stress, atau depresi dapat muncul kapan saja.
Lalu harus bagaimana?
Apa yang terjadi bila
tidak mampu untuk 'selaras' dengan lingkungan ? Dan bagaimana caranya agar 'selaras'?
Motivasi dan pemberdayaan
diri sendiri menjadi modal utama. Dengan patokan ini kita berupaya agar kita tidak merasa
tertekan, tidak merasa stress, atau tidak frustasi dalam menghadapi situasi lingkungan
yang seperti itu, yang penuh dengan
kompetisi (sehat maupun tidak sehat), sesuai atau tidak sesuai dengan hati nurani.
Kalau tidak mampu, maka
kita menjadi "sakit" yang disebabkan oleh karena lingkungan itu
sendiri.
Dan mungkin kita akan berkata 'lingkungan kita sangat ganas'. Tetapi dengan
kemampuan kita selaras dengan lingkungan
membuat kita seolah-olah merasa sudah
'menjinakkan' lingkungan tersebut sehingga mental dan perilaku kita tidak ada masalah.
Dalam hal ini, motivasi
dan pemberdayaan diri ini menjadi penting dalam proses 'pencegahan dan penyembuhan' suatu
"penyakit" perilaku dan mental. Dengan memiliki motivasi yang jelas (bagi diri
sendiri) membuat kita menjadi bijak.
Dengan kepala dingin kita
dapat menyelesaikan suatu masalah dengan lebih baik karena kita dapat memilah antara mana yang
efeknya akan merugikan dan menguntungkan
diri kita, memilah mana yang negatif dan
mana yang positif, baik atau buruk dan
seterusnya sehingga kita dapat menentukan tindakan apa yang sesuai dengan diri dan motivasi kita.
Selain "penyakit
perilaku dan mental", motivasi dan empowerment juga menjadi penting dalam hal proses penyembuhan suatu
penyakit medis. Seperti telah dijelaskan
dalam tulisan sebelumnya mengenai "Hypnotherapy sebagai alat bantu proses penyembuhan", proses penyembuhan
akan berjalan lancar jika motivasi untuk
sembuh juga besar. Dengan kejelasan suatu motivasi, "Saya ingin sembuh dari penyakit ini karena saya
termotivasi ingin membuat keluarga saya tetap
bahagia", maka secara otomatis kita akan melakukan pemberdayaan diri sendiri untuk sembuh dan mencapai motivasi
yang diharapkan.
Pertanyaan selanjutnya,
"Bagaimana motivasi dan empowerment itu dibangkitkan lalu
dipertahankan?"
Beberapa keluhan yang
sering muncul adalah berasal dari kategori kedua, ketiga dan keempat diatas.
"Kepala saya pening
terus. Saya ingin sembuh dan ingin aktivitas saya tidak terganggu oleh hal ini, saya sudah mencobanya
tetapi sulit sekali", "Saya ingin
bebas dari masalah yang mengganggu aktivitas saya, namun sulit
sekali". Dan semakin sulit untuk mengatasinya, biasanya
orang tersebut semakin frustasi, sehingga menimbulkan masalah yang lebih
kompleks, bahkan bisa merambat ke arah
penyakit medis seperti darah tinggi, asam urat, dan sebagainya.
Pada kasus lainnya,
seseorang ingin menurunkan berat badan tetapi sulit sekali karena masih senang makan banyak. Umumnya dia
sendiri tidak mengetahui apa motivasi
sebenarnya (ini kasus yang sering muncul) yang membuat dia ingin menurunkan berat badan. Motivasinya telah tertutupi oleh keinginan makan yang banyak.
Memang, sangat mudah
mengatakannya di mulut '"Saya ingin bebas dari masalah ini", namun
tindakannya tidak mencerminkan keinginan tersebut. Mencari pelarian dalam
rangka membebaskan diri dari masalah tersebut mungkin dapat dilakukan, seperti makan yang
berlebihan, narkoba, minuman keras, dan lain-lainnya.
Tetapi perlu diperhatikan, pelarian tersebut belum tentu membebaskan dia dari masalah utamanya sehingga
di lain waktu "penyakit" itu kambuh
lagi. Selain itu juga berbahaya karena ditengarai kemungkinan timbulnya masalah baru yang menyebabkan
permasalahan yang sebenarnya sederhana
menjadi lebih kompleks.
Hal yang sering terjadi,
dimulut bilang A di hati ternyata Z.
Berbeda dengan seseorang
yang sangat jelas dan paham motivasi dirinya. Secara otomatis dia akan
melakukan suatu pemberdayaan sedemikian rupa sehingga mencapai apa yang
diinginkannya.
Seorang yang ingin menurunkan berat badan karena motivasinya ingin menyenangkan
pasangannya. Secara otomatis, dia akan bertindak atau berperilaku apapun yang
membuat pasangannya senang termasuk untuk menurunkan berat badannya.
Atau, seperti contoh kasus dalam kategori tiga di atas, jika orang
tersebut mengerti bahwa misalkan
motivasinya adalah ingin membahagiakan keluarganya, tentunya dia akan memberdayakan dirinya untuk
segera mencari pekerjaan lainnya. Dapat
kita lihat berapa contoh, banyak orang-orang yang malahan sukses setelah masa krisis tahun 1998.
Atau dalam hal medis, sesesorang atlit ingin segera sembuh dari penyakitnya
saat ini, karena termotivasi bahwa bila
dia sembuh akan dapat bertanding dalam
suatu kejuaraan yang sudah lama dia idam-idamkan. Si atlet tentunya
akan melakukan pemberdayaan sedemikian
rupa, seperti melakukan latihan ringan
yang dapat membantu mengobati penyakitnya, mengikuti saran dokternya dan
sebagainya. Bayangkan kalau dia tidak termotivasi,
mungkin si atlet akan malas melakukan
hal itu semua.
Dalam hal sehari-hari, seorang anak rajin ke sekolah karena termotivasi untuk
bertemu pacarnya di sekolah bukan untuk
belajar.
Dan masih banyak lagi.
Sebenarnya, membangkitan motivasi dan memberdayakannya dapat dilakukan oleh
kita sendiri kalau kita dapat berpikir jernih, pikiran kita sedang tenang maupun santai. Namun apakah kondisi lingkungan
kita dapat membuat kita berpikir jernih
dan tenang kalau setiap hari kita selalu diburu-buru oleh pekerjaan dan aktivitas kita? Tidak semua
orang dapat melakukannya.
Dalam suatu proses hypnotherapy oleh seorang Hypnotherapist profesional, melalui
teknik dan metoda tertentu, seorang klien diberikan terapi agar dia benar-benar 'clear' dengan motivasi dirinya
yang sebenarnya. Dengan kejelasan motivasi ini, maka klien, tanpa perasaan
kritis dan analitis dan tanpa perlu ragu, akan melakukan pemberdayaan diri dalam rangka mencapai
motivasinya. Tingginya motivasi untuk
menyelesaikan 'penyakit' atau masalah yang dimilikinya, membuat klien melakukan pemberdayaan sedemikian
rupa sehingga proses 'penyembuhan' atau pemecahan masalahnya dapat
berjalan lancar.
Selain memperjelas motivasi, seorang hypnotherapist dapat juga memberikan sudut pandang baru agar klien yang tadinya
memiliki motivasi negatif bergeser sehingga
memiliki motivasi baru yang positif dan memberikan pandangan mengenai nilai-nilai baru.
Seorang Hypnotherapist bukan seorang cenayang, ataupun peramal atau orang yang memiliki kesaktian yang dapat
membangkitkan suatu motivasi dalam sekejap
seperti tukang sulap dengan hanya membalikkan telapak tangan. Tidak semua hal dapat dilakukan seperti itu. Ingat,
jiwa manusia sangat unik. Seperti telah
disebutkan, tiap orang dapat saja bereaksi berbeda dalam suatu permasalahan yang persis sama. Dalam suatu pemberdayaan
untuk mencapai suatu motivasipun, orang
masih dapat berubah.
Bagaimana membangkitkan motivasi seorang klien sehingga dia melakukan pemberdayaan,
merupakan tantangan tersendiri bagi seorang hypnotherapist (Proses ini disebut
dengan proses 'hypno-therapeutic')
Dalam hal penyakit medis, seperti halnya yang telah dilakukan oleh para pakar
hypnotherapist, proses therapeutic juga
dapat mengurangi penyakit medis seorang
klien secara berangsur. Klien dapat mengatasi masalah mentalnya dengan pikiran yang lebih jernih dan lebih
positif.
Sebenarnya, metoda hypnotherapy seperti ini sudah dilakukan oleh pemuka- pemuka
agama (seorang kyai atau ustad, seorang pendeta atau pastor, seorang bhiksu, maupun seorang konselor, dan
sebagainya) dalam kegiatan-kegiatan mereka
membangun nilai-nilai pekerti yang luhur. Tujuannya sama, meskipun pendekatan tekniknya berbeda, dimana mereka menggunakan
penekanan religius spiritual, membimbing
klien agar klien menyadari motivasi dirinya yang sebenarnya dan melakukan pemberdayaan sesuai
motivasinya sesuai dengan nilai dasar
yang dimiliki.
Seorang hypnotherapist profesional, meskipun dia bukan seorang konselor, bukan
seorang psikiater, bukan seorang psikolog, bukan seorang dokter, ataupun bukan
seorang pemuka agama, dia dapat melakukan hal serupa, karena biasanya hypnotherapist lebih memperhatikan
proses therapy daripada 'content'. Perbedaannya
bahwa dia tidak menanamkan nilai-nilai dasar baru kecuali ahlinya (dokter, psikolog, psikiater, konselor, pemukia
agama). Tetapi, seperti disebutkan pada
tulisan sebelumnya, AKAN LEBIH BAIK jika seorang hypnotherapist memahami hal-hal yang berkaitan
dengan nilai-nilai kehidupan, spritual
dan religius. Tentunya hal ini dapat dipelajari atau dapat juga melalui pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.
Pengalaman diri sendiri biasanya lebih efektif daripada hanya belajar karena
adanya unsur rasa dan sentuhan
emosional. Bagaimana dia dapat mengetahui masalah keluarga secara mendalam kalau dia sendiri belum pernah
berkeluarga?
Demikian pula sebaliknya, apabila seorang pemuka agama, konselor, dokter, psikiater maupun psikolog dilengkapi dengan
teknik-teknik hypnotherapy, tentunya
akan lebih baik dan lebih efektif lagi dalam menjalankan kegiatannya. Mereka sudah memiliki dasar pengetahuan mengenai
nilai-nilai sehingga tinggal cara
menanamkan nilai-nilai tadi kepada kliennya dengan lebih efektif.
Namun, TIDAK PERLU KHAWATIR, meskipun sebagai seorang hypnotherapist anda
bukan seorang dokter, psikiater, psikolog, konselor, maupun seorang pemuka
agama, anda tetap dapat melakukannya.
Setiap klien mempunyai nilai dasar,
karakter dan sistem kepercayaan yang berbeda, dan kita bukanlah manusia super yang mampu menyelesaikan
segalanya. Oleh karena itu seorang hypnotherapist dapat bekerjasama dengan mereka (psikiater, psikolog,
dokter, konselor, pemuka agama, dll)
untuk menyelesaikan suatu permasalahan klien. Demikian pula sebaliknya.
Di luar negeri, seperti di Eropa dan Amerika, sudah merupakan suatu hal biasa
bila seorang hypnotherapist saling
memberikan rujukan atas suatu permasalahan klien dengan seorang psikolog, psikiater
ataupun yang lainnya. Karena pada dasarnya
suatu pengobatan belum tentu dapat ditangani hanya oleh satu orang, kecuali dia orang yang sangat hebat sekali.
Dari sini terlihat bahwa aplikasi hypnotherapy sangatlah luas dan bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari untuk
membangkitkan motivasi dan memberdayakan diri. Tulisan ini hanya menjelaskan sebagian
kecil peranan hypnotherapy. Masih banyak
lagi fungsi yang lain dari hypnosis/hypnotherapy, seperti dalam aspek manajemen, komunikasi, pemasaran/ promosi,
perusahaan, hukum, rumah tangga, dan
lain-lain.
Dengan melihat hal ini, apakah kita masih mempunyai pandangan bahwa hypnosis
atau hypnotherapy adalah jelek, buruk atau berbahaya.....????
Ditulis dari berbagai sumber dan pengalaman oleh:
NSK NUGROHO, CHI
Hypnotist - Hypnother
10 Tips to Improve Your Speaking Voice
Posted by freddysetiawan
on February 3, 2009
One of the most
important components of public speaking is the sound of your voice. It
influences the impact of your message, and might even make or break the success
of your speech. Fortunately, for many people, good voice quality can be
learned.
Instructions :
* Breathe from your diaphragm – Practice long and controlled exhales. When you speak, use breath to punctuate your point. For example, take a breath at the end of each phrase whether you need to or not. Use that opportunity to pause and let the listeners absorb what you say.
* Breathe from your diaphragm – Practice long and controlled exhales. When you speak, use breath to punctuate your point. For example, take a breath at the end of each phrase whether you need to or not. Use that opportunity to pause and let the listeners absorb what you say.
* Use pitch
– Lower pitches generally are more soothing to hear. However, modulating your
pitch for emphasis will keep your listeners engaged. Develop your pitch by
practicing humming.
* Moderate
your volume – Find out if you speak too loudly or too softly. When you
begin speaking, ask your audience how your volume is (each situation is
different). Try to stay at the appropriate volume throughout your speech.
* Moderate
your pace – This one is also closely related to breath. If you speak too
quickly, people can’t keep up. If you speak too slowly, people will lose
interest. Record your speech to determine if you need to change your pace. Get
feedback from others.
* Articulate
– Try exaggerating your lip movement to reduce mumbling. Practice articulating
tongue twisters and extending and exaggerating vowel sounds. Become an expert
at articulating tongue twisters as quickly and crisply as possible. Focus on
the ones you find difficult.
* Practice
your speech in advance and determine where you want to pause for a breath.
For more emphasis, pause for more than one breath. Mark your breathing points
in your notes.
* Loosen up
before you begin. Look side to side. Roll your head in half-circles and
roll your shoulders back. Shift your rib cage from side to side. Yawn. Stretch.
Touch your toes while completely relaxing your upper body, then slowly stand
up, one vertebra at a time, raising your head last. Repeat as needed.
* Posture
– Stand up straight and tall to allow full lung capacity and airflow.
* Record
your voice repeatedly using different ways of speaking. Determine which one
is most pleasing.
* Practice
breath control – Take a deep breath, and while you exhale, count to 10 (or
recite the months or days of the week). Try gradually increasing your volume as
you count, using your abdominal muscles—not your throat—for volume. Don’t let
your larynx tense up.
Lokasi:
Cikeas, Indonesia
Tips menyelenggarakan Kegiatan Outdoor
Berikut beberapa tips yang biasa dilakukan Penulis selama berkecimpung dalam penyelenggaraan sebuah kegiatan Outdoor baik itu berupa Training, maupun Gathering.
1. Kenali Klien anda
Peserta dalam sebuah kegiatan Outdoor mempunyai latar belakang berbeda apakah itu sebuah perusahaan, sekolah, komunitas atau organisasi. Ini diperlukan sebagai langkah persiapan dalam melaksanakan kegiatan serta menjadi pertimbangan dalam setiap keputusan yang akan diambil selama kegiatan berlangsung. Hal hal yang perlu diketahui berkaitan dengan Klien atau Peserta kegiatan yaitu :
- jumlah
Berapa orang yang ikut kegiatan, apakah semua menjadi peserta aktif atau ada yang hanya ikut menjadi pengamat.
- Rentang usia
Perbedaan usia peserta menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kegiatan seperti apa yang bisa dilaksanakan dan tidak.
- Komposisi jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin peserta antara Pria dan Wanita juga bisa menjadi pertimbangan penting dalam pelaksanaan kegiatan nantinya.
- Jabatan
posisi dalam struktur baik perusahaan ataupun organisasi juga perlu diketahui jumlah spesifiknya. Hal ini bisa diketahui berdasarkan informasi dari kontak person antara penyelenggara dengan Peserta.
Bersambung..
1. Kenali Klien anda
Peserta dalam sebuah kegiatan Outdoor mempunyai latar belakang berbeda apakah itu sebuah perusahaan, sekolah, komunitas atau organisasi. Ini diperlukan sebagai langkah persiapan dalam melaksanakan kegiatan serta menjadi pertimbangan dalam setiap keputusan yang akan diambil selama kegiatan berlangsung. Hal hal yang perlu diketahui berkaitan dengan Klien atau Peserta kegiatan yaitu :
- jumlah
Berapa orang yang ikut kegiatan, apakah semua menjadi peserta aktif atau ada yang hanya ikut menjadi pengamat.
- Rentang usia
Perbedaan usia peserta menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis kegiatan seperti apa yang bisa dilaksanakan dan tidak.
- Komposisi jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin peserta antara Pria dan Wanita juga bisa menjadi pertimbangan penting dalam pelaksanaan kegiatan nantinya.
- Jabatan
posisi dalam struktur baik perusahaan ataupun organisasi juga perlu diketahui jumlah spesifiknya. Hal ini bisa diketahui berdasarkan informasi dari kontak person antara penyelenggara dengan Peserta.
Bersambung..
Profil PETA
I. Pendahuluan
LATAR BELAKANG
Menyongsong era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat maka pada setiap bidang tentu membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas yang dimaksud bukan saja dalam bidang kerja terkait secara teknis, namun juga dalam hal kemampuan mengembangkan tim kerja guna mengakselerasi visi bersama.
Perlunya suatu terobosan baru sehingga SDM yang ada dapat berubah menjadi SDM yang yang memiliki kriteria karakter unggul.
Kesiapan dari SDM yang dibutuhkan masih terbatas, sehingga SDM perlu disiapkan dalam mental dan kecakapan melalui berbagai pelatihan baik pelatihan jangka pendek maupun pelatihan jangka panjang.
V I S I :
Menjadi perusahaan penyelenggara pelatihan outbound yang menjawab kebutuhan dengan melakukan programme delivery mengakselerasi visi, misi, dan corporate culture, sehingga mampu memberi kontribusi berarti bagi kemajuan mental, karakter, kemampuan kepemimpinan, dan kemampuan Team Work yang akan membawa dampak dalam peningkatan kinerja dan pencapaian kesuksesan setiap customer
M I S I :
Melakukan pelatihan outbound dengan karakteristik adventure dan mengedepankan metode experential learning dalam setiap program pelatihannya.
II. Tujuan Pelatihan
1. Membangun motivasi seluruh peserta, melalui keterlibatan serta hubungan antara individu dan kebersamaan dalam ruang lingkup peserta.
2. Mengenali kekuatan – kelemahan diri sendiri dan rekan, baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi tertekan, dan memahami bagaimana dapat meningkatkan kualitas diri sendiri serta bagaimana bersinergi dengan team.
3. Membangun kebersamaan yang solid, antusias, dan positif
III. Metode Pelatihan
Discovery Learning
Peserta belajar aktif untuk menemukan arti/makna selama pelatihan berlangsung melalui games dan simulasi
Meaningful Learning
Belajar sesuatu yang bermakna melalui atmosfir dan aturan yang dibangun sehingga dapat melekat dalam daya ingat peserta pelatihan
Transformational Learning
Perubahan positif pada sikap dan cara berpikir (paradigm shift) para peserta terhadap prinsip-prinsip yang diberikan dalam pelatihan.
Active Interactive
Suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga tercipta interaksi antara peserta-bahan ajar, peserta-peserta, peserta-instruktur dalam bentuk diskusi dan tanya-jawab
LATAR BELAKANG
Menyongsong era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat maka pada setiap bidang tentu membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas yang dimaksud bukan saja dalam bidang kerja terkait secara teknis, namun juga dalam hal kemampuan mengembangkan tim kerja guna mengakselerasi visi bersama.
Perlunya suatu terobosan baru sehingga SDM yang ada dapat berubah menjadi SDM yang yang memiliki kriteria karakter unggul.
Kesiapan dari SDM yang dibutuhkan masih terbatas, sehingga SDM perlu disiapkan dalam mental dan kecakapan melalui berbagai pelatihan baik pelatihan jangka pendek maupun pelatihan jangka panjang.
V I S I :
Menjadi perusahaan penyelenggara pelatihan outbound yang menjawab kebutuhan dengan melakukan programme delivery mengakselerasi visi, misi, dan corporate culture, sehingga mampu memberi kontribusi berarti bagi kemajuan mental, karakter, kemampuan kepemimpinan, dan kemampuan Team Work yang akan membawa dampak dalam peningkatan kinerja dan pencapaian kesuksesan setiap customer
M I S I :
Melakukan pelatihan outbound dengan karakteristik adventure dan mengedepankan metode experential learning dalam setiap program pelatihannya.
II. Tujuan Pelatihan
1. Membangun motivasi seluruh peserta, melalui keterlibatan serta hubungan antara individu dan kebersamaan dalam ruang lingkup peserta.
2. Mengenali kekuatan – kelemahan diri sendiri dan rekan, baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi tertekan, dan memahami bagaimana dapat meningkatkan kualitas diri sendiri serta bagaimana bersinergi dengan team.
3. Membangun kebersamaan yang solid, antusias, dan positif
III. Metode Pelatihan
Discovery Learning
Peserta belajar aktif untuk menemukan arti/makna selama pelatihan berlangsung melalui games dan simulasi
Meaningful Learning
Belajar sesuatu yang bermakna melalui atmosfir dan aturan yang dibangun sehingga dapat melekat dalam daya ingat peserta pelatihan
Transformational Learning
Perubahan positif pada sikap dan cara berpikir (paradigm shift) para peserta terhadap prinsip-prinsip yang diberikan dalam pelatihan.
Active Interactive
Suasana belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga tercipta interaksi antara peserta-bahan ajar, peserta-peserta, peserta-instruktur dalam bentuk diskusi dan tanya-jawab
Langganan:
Postingan (Atom)